Search

% . . . Untuk Imam, 23 . . . %


Imam, tentang risau yang tak kumengerti kemarin kini terjawab sudah. Keyakinanku terhadap salah satu kalamullah kembali dipertaruhkan.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Al-Baqarah: 216).

Tentu kau mengerti apa yang kurasakan saat ini, Mam. Nurani sehat mana pun tak akan dapat menyangkal atas sedih yang merajam. Saat mentari berbaik hati menyiram lorong yang selama ini gelap, seketika kabut mengambil posisi. Tapi tak apa, kupastikan aku masih tetap bugar dan waras, sebab obat yang kutenggak adalah obat termujarab di muka bumi. Pun jua ini bukan pertaruhan yang pertama. Bukankah kecintaan Allah pada hambanya berbanding lurus dengan cobaan? :-)

“Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka dia akan memberi cobaan agar ia mendengar dan berendah diri di hadapan-Nya” (HR. Baihaqi dari Abi Hurairah).

Terlepas dari itu, yang terpenting adalah risau itu tak lagi bertengger. Itu sudah cukup. Nafsul Muthmainnah.

Hmm…kita bicara yang lain aja yuk, Mam.

Kurasa, kita sama-sama tak pernah tau seberapa jauh pelabuhan yang hendak kita tuju. Tentu saja kau dan aku melintasi gelombang tajam yang berbeda. Apa kau sempat berputus asa, Mam? Aku sendiri sempat lelah dan tak berminat lagi melanjutkan perjalanan. Enggan berkayuh. Tapi aku ingat satu hal; bahwa di pelabuhan yang hendak kita tuju tersimpan satu tiket ke surga. Sejak dulu itu yang ingin kita rebut bukan? ^_^

Baiklah….
Semangat berkayuh, agar kita sampai tepat waktu.


*siang, saat sumut memilih.. 7 Maret 2013.

Tidak ada komentar

Posting Komentar