Search

^_ Untuk Imam, 26 _^



Bersama embun yang menguap dari helai daun Bougenvil di waktu dhuha tadi, aku kembali membaca sajak-sajak kehidupan yang sebagian hampir usang. Ah, betapa banyak hal yang tak terduga di bumi ini, Mam. Sayangnya, kebanyakan manusia cenderung lena dalam kesenangan yang sedang digeluti, pun rencana yang telah ditanak matang. Seakan terlupa bahwa ada yang lebih kuasa membalikkan segalanya, bahkan dalam sekedip mata.

Dulu, Bundaku selalu mengingatkan manakala aku girang tak terkatakan saat sesuatu yang kuinginkan atau yang telah purna direncanakan tak sampai sehasta di depan mata. “Jangan terlalu riang akan sesuatu, sebab di balik keriangan selalu mendekat kesedihan”. Aih, aku tak mampu mencerna secara utuh kala itu. Bagiku itu hanya akal-akalan Bunda saja, atau ingin menakut-nakuti semata. “Mana pula bisa gagal, orang sudah matang direncanakan kok, bla  bla bla…”, begitu pikiranku menyangkal.

Tapi itulah istimewanya ibu. Setiap katanya adalah pusaka. Petuahnya adalah nyanyian surga. Sayang, semua baru bisa kupahami saat raganya telah mengucap salam pada bumi.

******
Imam…mungkin saja pertemuan kita pun akan begitu. Meski langkah kita telah tertata, lenggang tangan telah perkasa, namun kuasa tetap Allah yang Esa. Maka di setiap doa-doa kita, mohonkan lah kemudahan, pun keridhoan.

3 Juni 2013
Saat malam merangkak

Tidak ada komentar

Posting Komentar