Search

Pesona Lautan Barus

 Itulah mengapa saya katakan kampung saya adalah surga, sebab di sana terhampar keindahan alam yang komplit, yang tentu saja tidak dimiliki semua daerah. Mengapa komplit? Karena sungai, bukit dan lautan bersanding sedemikian elok. Kecamatan memang, namun kapur wangi yang juga jadi pengawet itu berasal dari sini; Barus kota bertuah.
Izinkan saya dengan bangga memperkenalkan tanah kelahiran saya ini.

Barus

Ia merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Ia juga sering disebut ranah aulia, sebab dari sinilah Islam di nusantara Indonesia bermula. Tak banyak yang tahu. Tapi percayalah, kawan, Barus teramat masyhur hingga ke penjuru Persia, India dan Jazirah Arab sejak abad ke tujuh silam. Barus menjadi imperium perdagangan internasional kala itu karena kayu kamfer yang dimilikinya. Dari batang tubuh kamfer inilah wewangian yang disebut kapur Barus itu keluar. Sehingga para pedagang Arab dan Persia silih berganti datang untuk mengambilnya. Namun misi pedagang tak hanya itu, mereka menyampaikan risalah dakwah yang mulia. Mengenalkan agama samawi satu-satunya yang di ridhoi Allah Ta’ala, Islam yang agung. Keberadaan makam para Syeikh yang bertebaran di barus menjadi bukti sejarah bahwa Barus merupakan kawasan pertama kalinya Islam masuk di nusantara.  Itu jualah yang menjadi muasal julukan ranah aulia itu bermula. Terdapat sekitar 44 makam aulia mengitari Barus. Sebut saja makam Syeikh rukunuddin di Makam Mahligai.


Makam Syeikh Mahmud di Papan Tinggi. Ah ya, ini menjadi makam fenomenal karena letak dan bentuk makamnya. Makam ini terletak di atas bukit sekitar kurang lebih 200 meter di atas permukaan laut. Untuk sampai kesini, kita perlu menaklukkan sekitar 700 lebih anak tangga. Panjang nisannya sekitar 6 meter dan tingginya sekitar 1 meter. Mengapa tidak ada angka yang pasti? Sebab kenyataannya ketika kita menghitung dan mengukur, maka hasilnya selalu berbeda. Tak pernah sama. Saya sebagai putri daerah juga sudha membuktikannya. Kalau mau ke sini siapkan stamina ya, guys. Sebab Kan Jeng Mami yang di tipi itu saat datang ke Barus bersama Irfan hakim, tak bisa menaklukkannya, ngos-ngosan duluan. Faktor BB kali ya...hehehe.








Tak hanya menjadi kota sejarah, Barus juga memiliki berbagai destinasi menarik khususnya pantai. Lautan yang membentang luas menjadi eksotisme yang tak kalah indah dengan Kuta Bali. Yuk kita intip satu persatu.

1. Pantai Kade Tigo


Ini pantai yang selalu ramai dikunjungi baik masyarakat lokal maupun luar kota, apalagi di hari Minggu. Kita bisa menikmati sepoinya angin di bawah pohon kelapa yang berbaris menjulang. Dan tentu saja, memandangi lautan sambil menikmati sombom yang menggairahkan.


Abaikan sambal yang beselemak dan ikan yang telangap. karena kami sudah kalap saat memutilasinya. Hahaha....

2. Pantai Pulo Pane


                                                          jepretan menjelang magrib
Sebenarnya, Pantai Kade Tigo dan Pulo Pane adalah pantai yang tak putus. Ibarat pantai panjang di Bengkulu, demikianlah ia. Sepanjang perjalanan menuju Pulo Pane, kita akan disuguhkan pinggiran pantai yang aduhai, lengkap dengan deretan pepohonan, bakau, dan jembatannya.

3. Pulau Karang


Alahai....ini pulau yang tak berpenghuni. Tapi jangan salah, Pulau ini menyimpan keindahan yang luar biasa. Seperti namanya, di pulau ini berserakan karang-karang yang oleh tangan-tangan kreatif bisa dijadikan souvenir yang menarik. Airnya yang hijau, biru dan bening sungguh ngangenin. Untuk sampai ke pulau ini, kita bisa menaiki speed boat dari Kualo dengan jarak tempuh sekitar satu jam.



4. Papan Lauk dan Tanga Padang

Ini sih kawasan rumah saya yang baru-baru ini di bangun tugu titik nol Islam di nusantara yang diresmikan oleh Bapak Presiden jokowi, tepatnya 24 Maret 2017.


Sebelumnya kawasan ini bukanlah tempat wisata mengingat gelombang ombaknya yang cukup besar. Jadi saya mah udah biasa tidur malam ditemani instrumen deburan ombak yang kadang menggila. Bahkan setiap bulan Mei, hempasan ombaknya meluber ke jalan raya dan ke halaman rumah saya. Namun pasca tsunami, laut di papan lauk ini surut jauuuh sekali. Bayangkan saja sangkin jauhnya, sudah bisa di bangun tugu dan beberapa rumah warga di sana. Padahal dulu, saya tak berani mandi sampai ke titik tugu ini berada, sebab di situ sudah dalam bingiiittz. Tapi sekarang, oh....tempat ini menjadi kunjungan banyak orang terutama wisatawan luar kota.




Sebetulnya masih banyak lagi pantai di sana seperti pantai sitiris-tiris, pantai kahona. Namun cukup yang empat ini saja dulu saya share ya. Oh ya, kawan-kawan yang berada di Bengkulu, kalau mau ke sana boleh lho ikut saya mudik lebaran. atau boleh pergi sendiri naik travel dengan jarak tempuh sehari semalam. Naik pesawat sih boleh, tapi mehong cyiiin...karena transit di jakarta atau mendarat ke kota Medan dulu. Dari Medan bisa naik pesawat lagi ke Pinang Sori, dari Pinang Sori menempuh jalur darat tiga jam lagi. Atau Medan-Barus naik bus Sampri atau travel dengan jarak tempuh 8 sampai 12 jam perjalanan.

Yuk, list Barus sebagai destinasi kamu tahun ini.

38 komentar

  1. Wahh bisa wisata sejarah, wisata alam, dan kuliner juga. Mantap.

    BalasHapus
  2. Tetaaaa kau membuatku rinduuu ^^ rindu sambal sombom dan akting india kahe di pulau karang, masyaAllah, semoga suatu saat bisa nge trip ke barus lagi tapi pulang dengan lancar gak pake adegan tebalek balek cem tempo hari wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha..kadang ada rasa marah kelen tebalek gak bilang2. Jd merasa bersalah seumur idop teta..

      Ajaklah abbang olilndan abinya ngetrip cantek ke barus. Naek pesaeat aja Medan-Pinang Sori.

      Hapus
  3. Ternyata mbak asal sana ya, kemarin aku pernah dengar tentang pulau ini di TV. penuh sejarah dan cantik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak zefy..insya allah lebaran sy mudik ke sana. Mau ikut? :)

      Hapus
  4. hmm,, pengen juga berkunjung ke makam Syeikh rukunuddin di Makam Mahligai. Buat mengenang peradaban islam salah satu tanah di sumatra utara.

    BalasHapus
  5. Ga sakit itu kak foto diatas tumpukan kerang?

    BalasHapus
  6. Mbaaaa, siang-siang baca ini langsung salah fokus sama ikan dan sambalnya lho, lemaknyooooo! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dasar ya kalo soal makanan langsung gagal fokus..hihi

      Hapus
  7. Wah baru tahu nih sama daerah ini. Tahunya sumut cuma medan. Hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh..sumut punya 25 kabupaten dan 8 kodya lho mbak..hehe

      Hapus
  8. bagus banget pantainya Mbak,,, jadi pingin ke sana ah, Mbak Lia pasti kangen kampunag nan jauh di mato pas nulis ini ya ^^ lebaran sebentar lagi Mbak, mudik mudik

    BalasHapus
  9. Wah paket komplit banget ini. Thanks for sharing mbak

    BalasHapus
  10. Makamnya unik sangat, saya jadi ngeri-ngeri.. Hhe

    BalasHapus
  11. Bagus banget lautnya mba
    Aku ke medan cuma mampir ke danauh toba aja hohoho

    BalasHapus
  12. Pulau Karang,,tunggu kedatangan saya...hahaha

    BalasHapus
  13. Pantai 1 dan 2 kok kayak danau yak tapi bagus...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu kami nganbilnya dari jalan raya. Lautnya noh di seberang pohon kelapa n bakau..
      Depannya itu memang seperti danau, tp itu aliran laut juga sebenarnya

      Hapus
  14. Wah aku baru tahu ternyata kapur Barus yang terkenal itu apakah berasal dari sini juga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Of course.makanua namanya kapur barus. Sayang sekarang pohon kamfernya punah krn eksploitasi masa lalu. Kapur barus yg ada sekarang semua sintetis. Kalo serbuk asli dr kayunya saudara saya ada yg nyimpan kk pura..ayoooklah ke sana ikut saya mudik.

      Hapus
  15. moga abah, nawra mau diajak kemari liburan

    BalasHapus
  16. Wah, tempat mainnya banyak banget mbak. Cabtik2 pula. Semoga someday bisa main ke sana :D

    BalasHapus
  17. Oh ternyata kapur barus asal muasal nya dari suatu kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu Barus. Disana juga menyimpan sejarah Islam di Nusantara, jadi penasaran ingin berkunjung

    BalasHapus
  18. cantik sekali masyaAllah.. pengen pergi rasanya..

    BalasHapus
  19. Salam kenal mba, saya Nella :)
    Tulisan nya keren tentang Barus. Bulan lalu saya mengunjungi kota tersebut.
    Saya mau bertanya mba, apakah mba punya refrensi mengenai sejarah dari pantai kade tigo ?
    Jika mba berkenan membalas, saya mengucapkan terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal kembali mbak nella. Wah, benarkah? Dalam rangka apa ke sana mbak? Emang mbak aslinya dari mana?
      Untuk referensi khusus sejarah kade 3 sy blm punya n blm tau jg mbak. Klo sejarah masuknya islam di barus ada beberapa bukunya mbak. Tapi bukan punya saya.

      Hapus