Search

^Untuk Imam, 1^


Sunyi.
Hanya desah angin yang sesekali menyapu lelah diwajahku.
Kau tahu Imam, perasaan rindulah yang mengajakku menuliskan surat ini untukmu.
Jangan marah padaku jika kunamai engkau Imam, karena aku sama sekali tidak tahu nama aslimu. Aku hanya ingin bercerita. Kumohon dengarkanlah.

***

Jum’at, 4 Feb 2011
Ini entah sudah Jum’at keberapa ia meninggalkanku. Aku sudah tidak menghitungnya. Aku lelah. Tetapi kian lama rindu padanya kian menghujam, Imam. Bahkan tak jarang rindu itu bermuara pada cairan bening bernama airmata. Aku jadi teringat kata-kata yang sering diucapkannya dulu, saat ia harus melewati hari tanpa lelaki sejati kekasihnya: “Kian lama kian sakit terasa, bukan kian hari-kian lupa”. Kini, giliranku merasakan apa yang dirasakannya dulu.

Lantas, apa hubungannya ceritaku ini dengan dirimu, Imam???

Tentu ada,
Dulu ia begitu menantikan kehadiramu, Imam. Ia sering menanyakan kabarmu. Ia juga tak jarang mengatakan bahwa ia sudah tidak sabar melihat rupamu. Tapi aku tidak punya jawaban apa-apa. Karena aku sendiripun tidak tahu tentangmu.

Ku tulis surat ini hanya ingin mengabarkan padamu bahwa disetiap aku merindukannya, aku juga merindukanmu..


*****

Tidak ada komentar

Posting Komentar